Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, serta modal dari suatu perusahaan pada suatu tertentu. Tujuan Neraca adalah untuk menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu (Sugiyarso & Winarni, 2005:2 ; Munawir, 2004:13).

Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

  1. Aktiva (Asset)
  2. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2002:13) dalam buku Standar Akuntansi Keuangan  dijelaskan bahwa “Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan”.Lebih tegas lagi bahwa pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangable asset) misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya (Munawir, 2004:14).Komponen Aktiva (assets) menurut Jusuf (2000) secara umum adalah sebagai berikut:

    • Aktiva Lancar (Current Asset), adalah aktiva yang dengan mudah dapat dikonversikan ke dalam bentuk tunai atau aktiva yang dipergunakan dalam satu siklus operasi.
      Beberapa komponen yang termasuk dalam kategori ini adalah:
      a) Kas dan Bank (Cash and Bank)
      b) Surat-surat berharga (Marketable Securities)
      c) Piutang dagang (Account Receivable)
      d) Persediaan Barang (Inventory)
      e) Biaya yang dibayar di Muka (Prepaid Expenses)
    • Investasi (Investment)
      Investasi (Investment) adalah bentuk penyertaan jangka panjang atau yang dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain.
    • Aktiva Tetap (Fixed Asset)
      Aktiva Tetap (Fixed Asset) adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dulu, yang dipergunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa lebih dari satu tahun.
      Beberapa komponen yang banyak ditemukan adalah:
      a) Tanah (Land)
      b) Bangunan (Building) yang telah siap atau sedang dipergunakan.
      c) Mesin-mesin (Machinaries) yang telah siap atau sedang dipergunakan.
      d) Peralatan (Equipment).
      e) Kendaraan (Vehicle).
    • Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Asset)
      Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Asset) adalah hak-hak istimewa atau porsi yang menguntungkan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan.
    • Aktiva Lain-lain (Other Asset)
    • Aktiva Lain-lain (Other Asset) adalah aktiva yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori aktiva di atas.
      Beberapa komponen dari pos ini adalah:
      a) Biaya Pra-operasi (Pre-Operating Expenses).
      b) Bangunan yang masih dalam penyelesaian.
      c) Mesin dalam Instalasi.
      d) Aktiva lain.

  3. Kewajiban (Liabilities)
  4. Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002:13). Di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang (Munawir,2004:18).

    Hutang lancar atau jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan (Munawir,2000:18).
    Hutang lancar meliputi antara lain:

    • Hutang Dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit.
    • Hutang Wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang.
    • Hutang Pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun Pajak Pendapatan Karyawan yang belum disetorkan ke Kas Negara.
    • Biaya Yang Masih Harus Dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
    • Hutang Jangka Panjang Yang Segera Jatuh Tempo, adalah sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek karena harus segera dilakukan pembayaranya.
    • Penghasilan Yang Diterima Dimuka (Deferred Revenue), adalah penerimaan uang untuk penjualan barang/jasa yang belum direalisir.

    Hutang Jangka Panjang menurut Munawir (2000:19) adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca), yang meliputi:
    1) Hutang Obligasi.
    2) Hutang Hipotik, adalah hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu.
    3) Pinjaman Jangka Panjang yang lain.

  5. Modal (Equity/Net Worth)
  6. Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki Perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan (Munawir,2004:19). Atau bisa juga dikatakan bahwa modal adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban (Ikatan Akuntansi Indonesia,2002:13).
    Komponen dari modal ini sendiri adalah:
    1) Modal Saham (Capital Stock).
    2) Agio Saham (Surplus/Premium).
    3) Laba Yang Ditahan (Retained Earning).
    4) Laba Tahun Berjalan (Profit of Current Year).
    5) Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.

Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan beban perusahaan selama periode tertentu, yang umumnya setiap kuartal atau satu tahun (Brigham & Houston,2001:42). Laporan ini juga menunjukan kepada kita tentang komposisi penjualan, harga pokok, dan biaya-biaya perusahaan selama suatu periode tertentu. Dengan perkataan lain, kita dapat mengetahui jumlah keuntungan yang diperoleh atau kerugian yang diderita oleh perusahaan selama periode tertentu (Jusuf,2000:29).
Adapun komponen dari laporan laba rugi ini menurut Jusuf (2000) adalah sebagai berikut:

  1. Penjualan (Sales)
    Penjualan (Sales), yaitu pendapatan yang diperoleh perusahaan akibat dari penyerahan barang/jasa dari bisnis utamanya.
  2. Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold)
    Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) atau yang lebih dikenal dengan istilah COGS dapat didefinisikan secara sederhana sebagai biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mengadakan barang yang dijual.
  3. Laba Kotor/Bruto (Gross Profit)
    Selisih antara Penjualan bersih (Net Sales) dengan Harga Pokok Penjualan (COGS) disebut Laba Kotor/Bruto (Gross Profit). Laba Kotor menunjukan besar laba/rugi yang dialami dengan membuat produk atau menyediakan jasa.
    Gross Profit memberikan indikasi mengenai tiga hal:
    a) Pengendalian Persediaan (Inventory Control)
    b) Efisiensi (Efficiency)
    c) Harga Jual Produk (Pricing)
  4. Biaya Operasional (Operating Expeses)
    Biaya Operasional atau Biaya Usaha (Operating Expenses) adalah biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktivitas opersional perusahaan sehari-hari. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua jenis:
    1) Biaya Penjualan (Selling Expenses), yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penjualan yang dilakukan perusahaan, seperti Biaya promosi, Biaya Pengepakan Barang, Biaya Gaji salesman, dan lain-lain.
    2) Biaya Administrasi dan Umum (General and Administrative Expenses), yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan tetapi tidak ada hubungan dengan penjualan seperti Biaya Gaji, Biaya Persediaan Alat Kantor, Biaya Penyusutan Kantor, dan lain-lain.
  5. Laba Usaha (Operating Profit)
    Dengan mengurangi Biaya Operasional dari Laba Kotor kita memperoleh Laba Usaha (Operating Profit). Laba Usaha menunjukan besarnya keuntungan (atau kerugian) yang diperoleh dari bisnis utama perusahaan.
  6. Pendapatan (Biaya) lain-lain (Other Income/Expenses)
    Pendapatan lain-lain adalah pendapatan bukan dari kegiatan normal. Sedangkan Biaya lain-lain adalah biaya yang timbul tetapi tidak dapat digolongkan sebagai Biaya Operasional.
  7. Laba Bersih (Net Profit)
    Net Profit menunjukan sejauh mana manajemen perusahaan berhasil mengorganisasi bisnisnya.

Baca Artikel Lain’nya:

Laporan Keuangan Perusahaan Nirlaba / Non Profit / LSM / NGO

Software akuntansi laporan keuangan perusahaan nirlaba adalah salah satu alat untuk menyusun suatu laporan keuangan perusahaan nirlaba. Software ini dapat dibuat dengan menggunakan berbagai macam aplikasi yang ada, salah...

Pelatihan Dasar Manajemen Keuangan Organisasi Non Profit

TUJUAN UMUM PELATIHAN Peserta diharapkan mampu memahami dan menyusun laporan keuangan organisasi nirlaba sehingga dapat digunakan sebagai dasar mengenai informasi keuangan yang dibutuhkan oleh organisasi. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN...

Laporan Keuangan Perusahaan

Perusahaan perseorangan, perseroan terbatas, perusahaan jasa, perusahaan dagang, perusahaan manufaktur/industri. Laporan keuangan perusahaan tentunya berbeda-beda tergantung dari jenis usahanya. Untuk itu kita harus mengetahui...

Gambaran Umum Laporan Keuangan

Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah penting untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan...

Akuntansi Laporan Keuangan Perusahaan Dagang

Pembuatan Software Akuntansi Laporan Keuangan Perusahaan Dagang tidak jauh beda dengan Perusahaan Jasa, namun pada laporan keuangan perusahaan dagang akan muncul akun-akun antara lain: Merchandise Inventory Purchases Purchases...

One Response to Bentuk-bentuk Laporan Keuangan

  1. Asieh
    Asieh February 12, 2013 at 3:45 am | | Reply

    like it

Leave a Reply